Tentang

------------ Selamat datang di Blog kami yang sederhana ini ------------ SEMOGA BERMANFAAT. --- Identitas Pemilik Blog ------ Nama : Afif Fuaidi ------ Alamat Rumah : Payaman - Andonosari - Nongkojajar - Pasuruan ------ Facebook : Afif Fuaidi bin Mahfudz ------ Instagram : Apiep_5 (Afif Fuaidi) ---

Senin, 30 November 2020

CERITA PENDEK : KEPALA DINGIN

 

Kepala Dingin


Di sebuah sekolah menengah pertama (SMP) terdapat seorang siswa lelaki, namanya Gilang. Gilang merupakan siswa lelaki yang manja juga pemalas, dia tak mau berpikir untuk mengerjakan tugas. Setiap ada tugas, dia pasti menyontek pada teman sebangkunya yaitu Resta. Resta merupakan salah satu siswi terpintar di kelas 9A.

Pagi ini guru matematika mengumumkan bahwa akan diadakan ulangan harian, tentunya semua murid merasa gelisah dan takut tidak bisa mengerjakan soal ulangan yang diberikan oleh guru matematika.

“Pagi anak anak!”, sapa bu Eni yang merupakan guru matematika.
“pagi bu!”, sahut siswa dan siswi di kelas 9A.
“Hari ini kita ulangan harian”, kata bu Eni.
Semua murid terbelalak mendengar hal itu.
“Untuk mengerjakan soal matematika ini, ibu sengaja memberi waktu 2 jam. agar kalian bisa berpikir dengan kepala dingin. baiklah ibu akan bagikan soalnya sekarang”, jelas bu Eni seraya berkeliling membagikan soal matematika.
Seusai itu hp bu Eni berdering tanda ada telepon masuk.
“Aduh, ada telepon”, gumam bu Eni.
“anak anak, tunggu sebentar ya! ibu ada keperluan dulu”, kata bu Eni yang langsung pergi ke luar kelas sembari berbicara dengan seseorang yang meneleponnya.

“Res!”, bisik Gilang.
“apa?”, sahut Resta.
“No 1 apa jawabannya?”, tanya Gilang.
“Ya ampun Gilang, soal ini mah gampang”, kata Resta.
“Ya terus?”, kata Gilang.
“Makanya kamu kerjakan soal ini dengan kepala dingin”, Jelas Resta.
Gilang menghela nafas, lalu dia beranjak dan pergi k eluar kelas.

7 menit kemudian, Gilang kembali dengan membawa sebuah kantung keresek berwarna putih. Gilang pun duduk di bangkunya. Lalu dia mengeluarkan sesuatu yang ada dalam keresek putih itu. Tampak sebuah es batu di tangan Gilang. Tangan kirinya memegang es batu kemudian meletakan es batu itu tepat di atas kepalanya. Sementara tangan kanannya sibuk menulis jawaban soal matematika. Resta yang tak sengaja melihatnyapun dibuat heran.

“Kamu sedang apa?”, tanya Resta.
“Aku sedang mengerjakan soal”, jawab Gilang.
“Lantas, untuk apa es batu kamu letakan di kepala kamu?”, tanya Resta.
“Katanya aku harus mengerjakan soal matematika dengan kepala dingin. Es batu kan dingin. Ya sudah, kuturuti saja apa katamu”, jelas Gilang yang membuat Resta naik darah.
“Oh my god, Gilang! maksud aku itu bukan seperti itu. Maksud kepala dingin itu adalah pikiran di kepala kamu itu harus tenang. Bukannya dingin pakai es batu”, gerutu Resta.
Sementara itu Gilang hanya tersenyum menunjukkan semua giginya.
“hehehehe…”, tawa Gilang.

“Capek dehh!”, tanggap Resta seraya menepuk keningnya.


 

Minggu, 29 November 2020

CERITA PENDEK : BINTANG


Bintang

 

Dia, duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba memandang langit yang gelap, hanya ada rembulan yang memantulkan sebagian dari cahaya matahari. Tak ada bintang yang terlihat, semua bersembunyi dibalik awan, barangkali malu untuk kulihat, katanya dalam hati seraya tersenyum. Angin malam berhembus sepoi-sepoi, seolah menghembuskan udara pada wajahnya yang lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri di kegelapan malam. Ahh, ternyata ada satu bintang di balik awan, senyumnya tersungging di balik bibirnya yang mungil. Ya Rabb, ternyata setitik cahaya pun bisa memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang gelap di malam hari. Ah, seandainya ketika membuka jendela, memandang langit dan tak menemukan bintang kemudian dia tak mencoba menatap awan tapi menutup jendela kembali, dia tak akan menemukan bintang yang tersembunyi di balik awan.

Seperti setitik bintang di kegelapan malam, terkadang kita tak menyadari ada cahaya kecil dalam malam yang gelap, yang kita berinama “bintang”. Betapa indahnya cahaya itu walaupun tak bisa menerangi malam. Tapi, lain halnya ketika kita melihat ada setitik noda di atas kain putih yang membentang. Kita justru terfokus pada noda yang kecil, dan seolah lupa betapa bersihnya kain itu terlepas dari setitik noda yang ada, yang mungkin bisa hilang hanya dengan sedikit detergent pemutih. Itulah hidup, kadang-kadang kita lupa untuk memandang sesuatu dari sisi lain yang dimiliki.

Saya, memiliki seorang murid yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol dibanding lainnya. Suatu hari, ketika kami tengah membicarakan sistem tata surya, hanya sebagai pengetahuan bahwa bumi merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang menjadi tempat tinggal manusia, murid saya itu, sebut saja namanya Rimba, tiba-tiba berdiri dan mengambil helm milik guru lain yang disimpan diatas loker dalam ruang kelas serta memakainya. Tanpa saya sadari saya berkata kepadanya :”Wah,,,teman-teman, lihat!! Rimba memakai helm, seperti astronot yang mau terbang ke bulan ya…”. Semua teman-temannya memandang ke arahnya, dia tersenyum, spontan helmnya langsung di lepas dan dikembalikan ke tempat semula, tanpa harus disuruh untuk mengembalikan. Kemudian saya ajak mereka untuk menggambar roket di atas kertas putih yang tersedia. Dan hasilnya, Subhanallah, murid yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol itu justru tahapan menggambarnya dua tingkat lebih tinggi dibanding murid yang saya pikir paling pandai di kelas.

Seandainya saja saya memberikan reaksi yang lain seperti :”Rimba, silakan dikembalikan helmnya karena sekarang saatnya kita belajar”, atau :”Maaf, silakan dikembalikan helmnya karena Rimba belum minta ijin bu guru”, atau yang lainya, mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa kecerdasan dia sudah lebih dari apa yang saya sangka karena pembahasan hari itu bukan tentang astronot atau roket. Atau barangkali saya membutuhkan lebih dari satu kalimat perintah untuk membuatnya mengembalikan helm ke tempat semula.

Reaksi berbeda yang kita berikan ketika kita memandang bintang di kegelapan malam atau setitik noda di selembar kain putih ternyata akan memberikan hasil yang berbeda pula. Hidup ini indah, cobalah kita memandang sesuatu dari sisi yang lain, maka yang tampak bukan hanya sekedar 2 dimensi. Bukankah lebih seru ketika kita melihat film 3 dimensi???

Kamis, 19 November 2020

Cerpen tentang Persahabatan

 PERSAHABATAN

        Nama saya dafi. saya merupakan seseorang anak kilang minyak yang kaya raya, hidup ku elegan, apa saja yang ku ingin tentu bisa, tetapi kalo permasalahan sahabat ataupun teman saya gak bisa, sebab apa? saya tidak memiliki sahabat ataupun teman di sisiku, karena saya orang nya pendiam dan jutek.

        Waktu itu saya sekolah di suatu Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) swasta. Waktu mos saya bisa punya sahabat tetapi cuman sebentar karena saya pendiam, sulit buat berteman. Setelah 2 jam sehabis mos saya juga menemukan kelas baru bersama anak- anak lainnya.

        Waktu itu terdapat orang mendekati saya, namanya alif ia anak kurang sanggup tetapi ia banyak teman waktu MOS. Alif mendekati saya sebab ia kasihan sama saya tidak memiliki sahabat. Alif saat itu mendekati saya dengan membagikan saya santapan. Saya juga saat itu pertama-tama sombong tetapi karena ia memaksa akhiranyapun saya menerima santapan dari nya, saya juga mulai bergaul dengan nya.

          Keesokan nya saya diajak kerumah nya, Alif adalah anak yatim bapak nya wafat karena terkena sakit stroke. Pada waktu itu ingin membawa kerumah sakit tetapi karena terkendala tidak memiliki duit buat ke rumah sakit maka bapak nya dirawat dirumah. Selang seminggu setelah itu penyakit bapak nya kambuh lagi serta penyakit nya kian parah. Dan pada akhirnyapun bapak alif terpanggil oleh yang maha kuasa. Alif pun masih juga tidak yakin bapak nya pergi untuk selamanya.Seminggu sehabis bapak nya wafat ia juga mengambil alih posisi bapak nya bagaikan kepala keluarga serta tulang punggung untuk keluarga nya. ia memiliki adik wanita nama nya aisyah kelas 2 SD.Aisyah juga menolong bunda nya buat berjualan gorengan itu juga kadangkala laris manis kadangkala tidak,Sedangkan alif setelah pulang sekolah ia juga berangkat ke pasar untuk mencari nafkah keluarga nya dirumah.Tiap hari ia jadi kuli panggul, saya juga menangis memandang keadaan rumah nya yang atap-atap nya telah bolong, cat bilik rumah telah kumal.Pekerjaan bunda nya yang menjadi cuci, tiap hari ia mendapatkan order baju dari orang sebelah nya.Dalam satu hari pemasukan mencuci baju dari bunda nya cuma tidak seberapa cuma 10 ribu hingga 40 ribu rupiah.Kadangkala itu dapat buat buat makan saja, Alif juga tidak sempat memohon apa- apa dari bunda nya. buat duit sekolah, saku, dll alif dapatkan duit nya hasil dari kuli panggul nya di pasar.Sebenarnya saya ingin menolong nya namun ia menolak dengan halus, karena segan saja sama saya.

        Pada suatu hari saya juga kerumah nya untuk menolong nya bekerja dipasar, saat itu ia menolak buat bekerja dengan nya, tetapi saya ngotot buat bekerja dengan nya, akhir nya ia juga menerima pula.Dari sekitar jam 8 pagi hingga jam 5 sore saya membantu nya,  awalnya berat mengangkut beban yang ku membawa sebab menjajaki bagaikan kuli panggul, tetapi ku coba untuk membantu alif.Pada akhirnya saya dapat mengangkut beberapa barang yang memiliki pelanggan alif, dan akhirnya kami berdua menemukan kan duit 60 ribu rupiah.Alif sebenarnya memberiku duit tetapi saya tolak “fi ini buat kamu,sebab kamu udah nolong saya”saya juga menanggapi “gak harus lah kan itu kan buat kamu”.

”Saya udah ada duit ku sendiri, itu buat kamu aja kan kalian perlu duit buat sekolah” akhir nya ia menaruh duit nya dalam saku.

        Jam 5. 30 sore kami berdua kembali kerumah alif, duit tersebut di bagikan buat bunda nya buat beli beras serta lauk pauk.Besoknya hari senin pagi saya pun berangkat ke sekolah, saya menjemput nya dirumah dengan bawa mobil. “Lif mari lah naik ke mobil saya kita berangkat bersama”.alif menanggapi.“tidak ah fi, lebih baik aku berjalan kaki saja”.Kemudian saya menyaut “Jangan lah lif, nanti malah kesiangan loh kerena saat ini sudah jam 7.”ya udah deh saya turut sama kalian” kata alif. “Nah gitu dong kita berangkat kembali bersama,sebab saat ini saya memiliki sahabat spesial seperti kamu”.Ucapku dengan senang.Kami juga menangis senang seakan- akan ini suatu mukjizat, Kami juga peluk hangat sebab senang jadi teman.

                                      –Susah dan bahagia kami lakukan bersama sama–

Rabu, 18 November 2020

CONTOH NASKAH DRAMA

 

CONTOH NASKAH DRAMA LUCU TUJUH ORANG


Di sebuah desa tinggalah sepasang suami-istri yang sudah tua. Mereka tinggal berdua karena anak-anak mereka semuanya pergi ke perantauan. Suaminya sedang duduk di teras.


Kakek: Ma, ambilkan papa tehnya, dong!


Nenek: Tidak usah panggil saya Ma, kita sudah tua, sudah kakek nenek. Anak-anak kita juga sudah dewasa bahkan ada yang sudah memiliki anak. Kita sudah menjadi kakek dan nenek.


Kakek: Ya sudah kalau begitu, Nek ambilkan kakek tehnya!


Nenek: Memangnya saya terlihat tua makanya Anda panggil saya nenek?


Kakek: Lohhh, bagaimana sih dipanggil mama tidak mau dipanggil nenek marah?

Tetangga yang mendengar kegaduhan mereka ikut menimpali.


Pak Sukri: Kalian selalu bertengkar seperti muda-mudi yang masih pacaran.


Kakek: Maunya sih, begitu pak Sukri, tapi apa daya kulit sudah mengendur.


Bu Sukri: Memangnya kalau kulit mengendur disebut tua ya, Pak?


Nenek: Dia selalu berlagak seperti anak muda, padahal mengangkat kursi saja kentutnya keluar.


Tiba-tiba datang Bu Karni, anak pertama suami-istri tersebut beserta anaknya Yuli dan Pak Karni suami Bu Karni mengunjungi orangtua dan kakeknya. Karni membawakan oleh-oleh luar kota untuk kedua orangtuanya.


Kakek: Sudah berapa tahun kamu tidak mengunjungi ayah dan ibumu ini,Karni?


Yuli: Kakek memang pikun, baru sebulan yang lalu kami kemari.


Nenek: Dia memang pikun, kadang sampai lupa kalau dia sudah makan sampai enam kali sehari.


Pak Karni: Wah, kalau begitu nanti badan Bapak akan gendut seperti pemain sumo.


Bu Karni: Kalau badan Bapak gendut kasihan Ibu nanti disenggol sedikit langsung melayang.


Nenek: Huusss, kamu kira Ibu tidak memiliki kekuatan untuk melawan badan sumo bapakmu? Tenaga Ibu masih kuat seperti anak muda.


Bu Sukri: Ternyata suami istri sama saja, tidak mau kalah mengaku muda.